5 Perbedaan Reseller dan Dropship

Salah satu cara meningkatkan penghasilan adalah memulai suatu bisnis atau usaha dengan berjualan barang. Kini semakin banyak kesempatan bagi siapa pun untuk mulai membuka usaha atau bisnis berjualan suatu produk. Cara yang paling mudah dan tidak membutuhkan modal yang besar adalah sistem reseller dan dropship.

 

Kedua model bisnis tersebut sekilas memang memiliki persamaan, tetapi juga memiliki perbedaan. Kesamaan utama antara dropship dan reseller adalah keduanya berperan sebagai penjual atau orang yang melakukan distribusi suatu produk kepada konsumen. Produk yang dijual dan didistribusikan berasal dari supplier atau distributor utama.

 

Lantas, apa perbedaan reseller dan dropsip? Manakah yang lebih menguntungkan, dropship atau reseller? Jika Anda ingin mengetahui jawabannya, maka Anda harus membaca artikel yang ada di bawah ini.

 

Yuk simak artikel tentang perbedaan reseller dan dropship!

 

1.   Stok Produk

Produk yang dijual reseller dan dropship sama-sama berasal dari supplier atau produsen utama. Produk tersebut kemudian dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi kepada konsumen. Nah, perbedaan utama antara reseller dan dropship terletak pada stok atau jumlah produk.

 

Dropshipper yang menggunakan model bisnis dropship tidak perlu memasok produk atau membeli produk untuk memiliki stok produk sendiri. Seorang dropshipper hanya perlu melakukan promosi untuk mendapatkan konsumen. Ketika ada konsumen yang ingin membeli produk, dropshipper akan memberikan informasi kepada supplier. Setelah itu supplier akan mengirimkan produk kepada konsumen.

 

Berbeda dengan dropshipper, seorang reseller harus memiliki stok produk terlebih dahulu. Ya, reseller harus membeli produk terlebih dahulu dari supplier dengan jumlah tertentu. Selain melakukan promosi, tugas reseller adalah mengemas produk dan mengirim produk tersebut ke alamat konsumen atau pembeli.

 

2.   Modal yang Diperlukan

Selain membutuhkan perencanaan dan semangat, suatu bisnis atau usaha yang baru dimulai tentunya membutuhkan modal. Besarnya modal yang diperlukan tentunya berbeda-beda tergantung beberapa hal, seperti jenis produk yang akan dijual.

 

Modal yang diperlukan sesorang untuk mulai mengembangkan usaha reseller dan dropsip termasuk sangat terjangkau, artinya menjadi reseller dan dropship tidak membutuhkan modal yang besar. Ya, hal ini karena reseller dan dropship tidak membuat produk sendiri.

 

Manakah yang membutuhkan modal lebih besar? Reseller atau Dropship? Reseller membutuhkan modal yang lebih besar dari pada dropship karena reseller harus memiliki stok barang yang lumayan banyak.

 

3.   Strategi Penjualan

 

Strategi penjualan perlu direncanakan dan dilakukan dengan tepat agar produk cepat terjual. Reseller dan dropshipper bisa memanfaatkan marketing kit dari supplier untuk melakukan promosi. Marketing kit yang diperoleh biasanya berupa foto produk, video produk, brosur, poster, dan lain sebagainya.

 

Reseller bisa melakukan strategi penjualan secara langsung kepada konsumen karena memiliki stok produk. Anda bisa membuka toko sendiri atau menawarkan ke teman-teman dan tetangga Anda secara langsung dengan membawa produk yang Anda jual. Sebagai seorang reseller, Anda juga bisa melakukan promosi secara online melalui media sosial dan marketplace.

 

Jika Anda menjadi dropshipper, maka Anda hanya bisa melakukan strategi penjualan secara tidak langsung melalui media sosial yang Anda miliki. Misalnya, Instagram, Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya. Selain itu, Anda juga bisa berjualan di marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan marketplace lainnya.

 

Jika dilihat dari strategi penjualan tentunya menjadi reseller lebih menguntungkan daripada menjadi dropshipper, bukan?

 

4.   Resiko

Setiap usaha yang dilakukan tentunya memiliki resikonya masing-masing. Begitu pula menjadi penjual, baik itu menggunakan model bisnis reseller atau dropshipper.

 

Jika dilihat sekilas, resiko reseller terlihat lebih besar dibandingkan dropshipper. Ya, karena ada kemungkinan barang yang sudah dibeli tidak laku terjual.

 

Dropshipper juga memiliki resikonya tersendiri. Resiko model bisnis dropship adalah tidak bisa menjamin kualitas dan kondisi barang yang dikirim ke pembeli. Ya, karena seluruh proses pengemasan dan pengiriman dilakukan oleh supplier.

 

Ada kemungkinan barang yang dikirim tidak sesuai keinginan pembeli, sehingga pembeli kecewa dan melakukan komplain. Jika hal ini terjadi, tentunya Anda akan mengalami kerugihan dan bisa jadi tidak dipercaya lagi oleh pembeli.

 

5.   Keuntungan yang Didapatkan

 

Perbedaan reseller dan dropship juga terletak pada keuntungan yang didapatkan. Reseller lebih mudah mengontrol harga disbanding dropshipper. Reseller juga bisa mengatur keuntungan yang didapatkan agar lebih tinggi. Memberikan selisih harga yang lebih tinggi tentunya membuat keuntungan yang didapatkan lebih tinggi pula.

 

Kalau dilihat dari segi keuntungan yang didapatkan, tentunya menjalani model bisnis sebagai reseller lebih menjanjikan daripada model bisnis dropship ya.

 

Baca Juga: Produk Kecantikan Agar Kulit Tubuh Sehat

 

Kelima perbedaan reseller dan dropship sudah dijelaskan secara lengkap. Walaupun berbeda, perlu dipahami bahwa keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing ya.

Pilihan ada di tangan Anda. Bagaimana? Apakah Anda ingin menjadi dropshipper? Atau Anda ingin memulai bisnis dengan menjadi reseller? Nah, kalau Anda ingin menjadi reseller, Anda bisa bergabung menjadi reseller produk kecantikan di PT Cressindo Kusuma dengan mendaftarkan diri ke Reseller Kosmetik

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *